Sejarah Singkat Desa Wano
SEKIRA tahun 1800 Masehi, di Desa Wano, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan, sudah ada perkampungan yang dikenal Desa Tarikolot. Tarikolot berasal dari kata Tarik dan Kolot, sebuah ungakapan bahasa sunda katarik ku kolot. Memang, dulunya masarakat setempat setempat tidak lama menetap atau tinggal di daerah tersebut, karena secara berangsur pindah ke daerah lain ikut bersama orang tuanya (kolot).
Mengapa demikian? Sebab pada saat itu keadaan di Desa Tarikolot boleh dibilang tidak aman. Pasalnya, nyaris setiap hari perampok memasuki perkampungan, sehingga banyak warga yang memilih untuk pindah ke daerah lain, diantaranya saja ke Desa Singkup yang kini masih wilayah Kecamatan Japara.
Setelah keadaan Desa Tarikolot diangap aman, tak lama kemudian, Tarikolot berubah nama menjadi Desa Wano. Desa Wano sendiri, berasal dari kata Wana, yang artinya hutan. Memang, perkampungan merupakan hutan belantara. Bahkan, sampai sekarang pun keadaan lingkungan Desa Wano masih memerlihatkan keasliannya yakni merupakan desa yang di sekitarnya hutan. Ratusan bahkan ribuan pohon, diantaranya ada yang usianya ratusan tahun, menjadi pemandangan khas Desa Wano.
Kendati tidak diketahui secara pasti, siapa saja yang telah menjadi pucuk pimpinan di Desa Wano, namun yang jelas desa yang luas wilayahnya 109.09 hektar, dengan penduduk 700 jiwa (178 KK), sudah dipimpin oleh lebih dari 12 orang Kuwu dengan masa jabatan yang cukup lama.
Udin Samsudin, mungkin termasuk Kuwu yang ke 12 di Desa Wano yang dipilih masyarakatnya pada 5 Juni 2002. Ada catatan khusus saat mengawali kepemimpinan Kuwu Udin Samsudin. Sebelum dan sesudah dia terpilih, banyak warga yang datang ke rumahnya untuk menyatakan dukungan dan ucapan selamat. Bukan hanya itu, sebab ternyata banyak warga terutama sesepuh desa, yang mengingatkan agar Kuwu Udin tidak membawa cangkul dengan cara dipikul, karena itu merupakan tabu bagi seorang Kuwu Desa Wano.
Memang, sejak dulu dianggap tabu bagi orang yang memegang jabatan kuwu di Desa Wano. Karena dianggap tabu, sampai saat ini tidak ada seorang pun Kuwu Wano yang melanggar ketentuan yang tidak tertulis itu. Hal itu dipercaya masyarakat, bila ketentuan diabaikan dikhawatirkan akan terjadi malapetaka seperti banyak orang meninggal atau bencana lainnya.
Tak ada seorang pun yang tahu persis mengapa hal itu dianggap tabu, namun berdasarkan cerita masyarakat setempat Dulu, pada masa pemeritahan Kuwu pertama di Desa Wano banyak warga yang meninggal. Dalam waktu seminggu, warga yang meninggal tak kurang dari delapan orang. Anehnya, kejadian itu berlangsung setelah warga melihat Kuwu-nya membawa pacul dengan cara dipikul. Sejak itulah berlaku tabu.
SILSILAH KEPEMIMPINAN DESA WANO |
|||
No |
Nama Kuwu |
Tahun |
Keterangan |
1. |
Kuwu Jaksa |
Cikal Bakal |
Depinitif |
2. |
Kuwu Boma |
Jaman Belanda |
Depinitif |
3. |
Kuwu Terro |
Jaman Belanda |
Depinitif |
4. |
Kuwu Jegud |
Jaman Belanda |
Depinitif |
5. |
Kuwu Kastara |
Jaman Jepang |
Depinitif |
6. |
Kuwu Urif |
Jaman Jepang |
Depinitif |
7. |
Kuwu Sastra Atmaja |
1945 s/d 1965 |
Depinitif |
8. |
Kuwu Suranta |
1965 s/d 1973 |
Depinitif |
9. |
Kuwu Sukinta |
1973 s/d 1984 |
Depinitif |
10. |
Kuwu S. Dedi Sunaedi |
1984 s/d 1994 |
Depinitif |
11. |
Kuwu Suryaman |
1994 s/d 2002 |
Depinitif |
12. |
Kuwu Udin Syamsudin |
2002 s/d 2010 |
Depinitif |
13. |
Kuwu Yuseu Hartini * |
2010 s/d 2016 |
Depinitif |
14. |
Asnadi |
2016 s/d 2017 |
Pejabat Sementara |
15 |
Kirno |
2017 |
Pejabat Sementara |
14. |
Kuwu Ihin Solihin |
2017 s/d 2023 |
Depinitif |
15. |
Kuwu Solihin |
2023 s/d 2029 |
Depinitif |
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin